Anda pernah melihat sebuah iklan di televisi tentang bidadari yang jatuh jatuh dari langit karena cintanya pada seorang pria yang menggunakan sebuah parfum? Mungkin yang ada dalam benak kita adalah sebuah imajinasi iklan yang bagus dan representatif sekali. Namun saat ini hal itu saat ini bukan imajinasi atau hayalan lagi, karena sekarang sedang berlangsung penelitian tentang hal ini, yah walaupun objectnya bukan bidadari beneran, karena kalau ingin bertemu bidadari beneran Anda harus mengenakan gelar Alm.. Wkwkwkwk.. Just kidding bra..
Guys.. Pernahkah Anda jatuh cinta? Pasti sebagian besar menjawab sudah, tapi jika ada yang jawab belum, segeralah perbanyak tabungan Anda. Dalam kehidupan ini pasti Anda belum pernah memikirkannya mengapa rasa cinta dan sayang bisa timbul dalam diri Anda dilihat secara ilmiah? Dan mengapa rasa itu begitu menggebu-gebu di usia remaja dan masa puber kedua? Bagaimana rasa cinta itu muncul dan mengapa bisa timbul?
Cinta bisa dijelaskan secara ilmiah menggunakan ilmu kimia. Perasaan cinta dan sayang antara dua orang berlainan jenis timbul karena adanya senyawa-senyawa kimia di dalam diri kedua orang tersebut. Salah satu senyawa kimia itu disebut senyawa feromon atau biasa juga disebut hormon pheromones.
Senyawa Feromon
Dalam notes sebelumnya sudah saya bahas pengertian mengenai ada sebenarnya feromon itu, tidak ada salahnya jika saya ulas kembali. Kata feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani yaitu phero yang artinya membawa dan mone yang berarti sensasi. Definisi dari senyawa feromon adalah suatu zat kimia yang berasal dari kelenjar endoktrin dan dimiliki oleh semua makhluk hidup untuk mengenali jenisnya, lawan jenisnya, individu lain di luar dirinya, dan kelompok lain. Zat ini sangat membantu di dalam proses reproduksi makhluk hidup. Sehingga pheromones adalah senyawa alami tubuh.
Pada manusia , zat feromon ini dihasilkan oleh kelenjar endoktrin yang berada di ketiak, wajah, kulit dan kemaluan. Senyawa pheromon ini akan aktif ketika yang bersangkutan telah memasuki usia yang cukup (baligh).
Feromon pada manusia berarti sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa di deteksi melalui aroma, tapi dapat dirasakan oleh VMO (Vomeronasal), yaitu organ dalam pembantu penciuman yang terletak diantara hidung dan mulut.
Feromon dihasilkan oleh jaringan kulit khusus yang terkonsentrasi didalam lengan. Sinyal feromon diterima oleh VMO dan dijangkau oleh otak yang disebut Hipotalamus, menyebabkan terjadinya perubahan hormon yangmenghasilkan respons terhadap perilaku dan psikologis.
Fenomena mengenai feromon selama ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tepatnya sejak diketahui bahwa feromon dihasilkan dari tubuh manusia sendiri. Contoh sederhananya adalah bau badan.
Setiap manusia memiliki ciri khasnya masing-masing, tidak setiap manusia memiliki bau badan yang sama seperti halnya sidik jari. Maka feromon dapat menjadi satu dari beberapa idenditas manusia di masa mendatang.
Feromon pada manusia juga dapat menjadi daya tarik seksual. Berdasarkan penelitian dari para ahli di Swedia yang menyatakan bahwa feromon memiliki andil dalam menghasilkan perasaan suka, naksir, cinta, bahkan gairah seks seorang manusia terhadap manusia lainnya (yang umum terhadap lawan jenis).
Zat feromon bersifat kasat mata atau tidak terlihat, tidak memiliki ukuran, tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia dan mudah menguap.
Zat feromon paling sering dikeluarkan oleh tubuh saat tubuh berkeringat dan juga dapat tertahan di dalam pakaian. Para pria yang menggunakan parfum pheromones bisa membangkitkan gairah seksual wanita yang menciumnya.
Banyak ahli mengatakan bahwa senyawa pheromon memiliki andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan kepada lawan jenis. Rasa sayang, cinta, gairah seks, rindu di timbulkan oleh senyawa pheromon.
Cara Kerja Feromon
Layaknya inisiator dalam reaksi kimia, pheromones dapat menimbulkan rasa tertarik kepada lawan jenis baik itu secara seksual ataupun tidak. Proses kerja feromon biasanya dimulai dari kontak mata, jika kontak mata terjadi maka senyawa feromon akan tercium oleh organ tubuh manusia yang sensisitif yaitu Vomerosonal Organ (VNO). VMO ini terdapat di dalam lubang hidung dan terhubung ke dalam otak melalui jaringan syaraf.
Setiap feromon berhembus dari tubuh maka feromom ini akan tercium oleh VNO dan akan diteruskan ke daerah hipotalamus yang juga mengatur emosi manusia . Dan setelah menerima rangsangan, otak akan memberi respon balik dan akan mempengaruhi kondisi psikologis tubuh misalnya akan terjadi perubahan detak jantung, nafas yang menjadi tidak beraturan, suhu tubuh meningkat, keringat, dan lain-lain.
Faktor Senyawa Kimia Lain
.
Pada dasarnya proses pemberian respon dari hipotalamus untuk melakukan perubahan psikologis emosi saat berdekatan dengan orang yang dikasihi tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Disini setelah senyawa feromon bertindak sebagai inisiator, maka selanjutnya hipotalamus akan merangsang pembentukan senyawa kimia lain yaitu senyawa phenyletilamine (PEA), dopamine, nenopinephrine, senyawa endropin, dan senyawa oksitosin.
Senyawa-senyawa inipun akan bertindak sesuai fungsinya masing-masing. Senyawa PEA, dopamine, dan nenopinephrine memberikan respon tersipu-sipu atau malu ketika berpandangan dengan orang yang dicintai. Senyawa Endropin akan menimbulkan perasaan aman, damai, dan tentram. Sedangkan senyawa oksitosin berperan dalam membuat rasa cinta itu rukun dan mesra diantara keduanya.
Selanjutnya efek dari senyawa feromon dan senyawa-senyawa kimia lain terhadap tubuh manusia dapatlah disamakan dengan efek narkoba. Senyawa-senyawa ini akan membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin.
Perasaan jatuh cinta ini selang beberapa waktu akan menghilang sedikit demi sedikit. Hal ini disebabkan produksi senyawa tersebut tidak berlangsung terus menerus, kemampuan tubuh menghasilkan senyawa itu mulai berkurang setelah dua sampai empat tahun. Akibatnya, rasa tertarik pada seseorang pun mulai meluntur, terutama ketika tubuh tidak lagi memenuhi kebutuhan PEA. Pada saat rasa ketertarikan itu kian meluntur, maka otak akan tetap berusaha untuk memproduksi senyawa oksitosin selama kedua pasangan berusaha untuk saling menyayangi dan setia.
Tertarik meningkatkan kadar pheromon di dalam diri anda? saat ini para ilmuwan telah berhasil menciptakan pheromone alami yang dapat anda gunakan untuk menggaet pria atau wanita idaman anda.
Siapa bilang cinta itu adalah tabu untuk diungkap secara ilmiah setelah melihat fakta yang sudah saya sampaikan diatas? Pertanyaannya sekarang adalah : Apakah cinta itu bisa di rekayasa sekarang ini?
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.
Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.
Salam revolusi cinta
Guys.. Pernahkah Anda jatuh cinta? Pasti sebagian besar menjawab sudah, tapi jika ada yang jawab belum, segeralah perbanyak tabungan Anda. Dalam kehidupan ini pasti Anda belum pernah memikirkannya mengapa rasa cinta dan sayang bisa timbul dalam diri Anda dilihat secara ilmiah? Dan mengapa rasa itu begitu menggebu-gebu di usia remaja dan masa puber kedua? Bagaimana rasa cinta itu muncul dan mengapa bisa timbul?
Cinta bisa dijelaskan secara ilmiah menggunakan ilmu kimia. Perasaan cinta dan sayang antara dua orang berlainan jenis timbul karena adanya senyawa-senyawa kimia di dalam diri kedua orang tersebut. Salah satu senyawa kimia itu disebut senyawa feromon atau biasa juga disebut hormon pheromones.
Senyawa Feromon
Dalam notes sebelumnya sudah saya bahas pengertian mengenai ada sebenarnya feromon itu, tidak ada salahnya jika saya ulas kembali. Kata feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani yaitu phero yang artinya membawa dan mone yang berarti sensasi. Definisi dari senyawa feromon adalah suatu zat kimia yang berasal dari kelenjar endoktrin dan dimiliki oleh semua makhluk hidup untuk mengenali jenisnya, lawan jenisnya, individu lain di luar dirinya, dan kelompok lain. Zat ini sangat membantu di dalam proses reproduksi makhluk hidup. Sehingga pheromones adalah senyawa alami tubuh.
Pada manusia , zat feromon ini dihasilkan oleh kelenjar endoktrin yang berada di ketiak, wajah, kulit dan kemaluan. Senyawa pheromon ini akan aktif ketika yang bersangkutan telah memasuki usia yang cukup (baligh).
Feromon pada manusia berarti sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa di deteksi melalui aroma, tapi dapat dirasakan oleh VMO (Vomeronasal), yaitu organ dalam pembantu penciuman yang terletak diantara hidung dan mulut.
Feromon dihasilkan oleh jaringan kulit khusus yang terkonsentrasi didalam lengan. Sinyal feromon diterima oleh VMO dan dijangkau oleh otak yang disebut Hipotalamus, menyebabkan terjadinya perubahan hormon yangmenghasilkan respons terhadap perilaku dan psikologis.
Fenomena mengenai feromon selama ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tepatnya sejak diketahui bahwa feromon dihasilkan dari tubuh manusia sendiri. Contoh sederhananya adalah bau badan.
Setiap manusia memiliki ciri khasnya masing-masing, tidak setiap manusia memiliki bau badan yang sama seperti halnya sidik jari. Maka feromon dapat menjadi satu dari beberapa idenditas manusia di masa mendatang.
Feromon pada manusia juga dapat menjadi daya tarik seksual. Berdasarkan penelitian dari para ahli di Swedia yang menyatakan bahwa feromon memiliki andil dalam menghasilkan perasaan suka, naksir, cinta, bahkan gairah seks seorang manusia terhadap manusia lainnya (yang umum terhadap lawan jenis).
Zat feromon bersifat kasat mata atau tidak terlihat, tidak memiliki ukuran, tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia dan mudah menguap.
Zat feromon paling sering dikeluarkan oleh tubuh saat tubuh berkeringat dan juga dapat tertahan di dalam pakaian. Para pria yang menggunakan parfum pheromones bisa membangkitkan gairah seksual wanita yang menciumnya.
Banyak ahli mengatakan bahwa senyawa pheromon memiliki andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan kepada lawan jenis. Rasa sayang, cinta, gairah seks, rindu di timbulkan oleh senyawa pheromon.
Cara Kerja Feromon
Layaknya inisiator dalam reaksi kimia, pheromones dapat menimbulkan rasa tertarik kepada lawan jenis baik itu secara seksual ataupun tidak. Proses kerja feromon biasanya dimulai dari kontak mata, jika kontak mata terjadi maka senyawa feromon akan tercium oleh organ tubuh manusia yang sensisitif yaitu Vomerosonal Organ (VNO). VMO ini terdapat di dalam lubang hidung dan terhubung ke dalam otak melalui jaringan syaraf.
Setiap feromon berhembus dari tubuh maka feromom ini akan tercium oleh VNO dan akan diteruskan ke daerah hipotalamus yang juga mengatur emosi manusia . Dan setelah menerima rangsangan, otak akan memberi respon balik dan akan mempengaruhi kondisi psikologis tubuh misalnya akan terjadi perubahan detak jantung, nafas yang menjadi tidak beraturan, suhu tubuh meningkat, keringat, dan lain-lain.
Faktor Senyawa Kimia Lain
.
Pada dasarnya proses pemberian respon dari hipotalamus untuk melakukan perubahan psikologis emosi saat berdekatan dengan orang yang dikasihi tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Disini setelah senyawa feromon bertindak sebagai inisiator, maka selanjutnya hipotalamus akan merangsang pembentukan senyawa kimia lain yaitu senyawa phenyletilamine (PEA), dopamine, nenopinephrine, senyawa endropin, dan senyawa oksitosin.
Senyawa-senyawa inipun akan bertindak sesuai fungsinya masing-masing. Senyawa PEA, dopamine, dan nenopinephrine memberikan respon tersipu-sipu atau malu ketika berpandangan dengan orang yang dicintai. Senyawa Endropin akan menimbulkan perasaan aman, damai, dan tentram. Sedangkan senyawa oksitosin berperan dalam membuat rasa cinta itu rukun dan mesra diantara keduanya.
Selanjutnya efek dari senyawa feromon dan senyawa-senyawa kimia lain terhadap tubuh manusia dapatlah disamakan dengan efek narkoba. Senyawa-senyawa ini akan membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin.
Perasaan jatuh cinta ini selang beberapa waktu akan menghilang sedikit demi sedikit. Hal ini disebabkan produksi senyawa tersebut tidak berlangsung terus menerus, kemampuan tubuh menghasilkan senyawa itu mulai berkurang setelah dua sampai empat tahun. Akibatnya, rasa tertarik pada seseorang pun mulai meluntur, terutama ketika tubuh tidak lagi memenuhi kebutuhan PEA. Pada saat rasa ketertarikan itu kian meluntur, maka otak akan tetap berusaha untuk memproduksi senyawa oksitosin selama kedua pasangan berusaha untuk saling menyayangi dan setia.
Tertarik meningkatkan kadar pheromon di dalam diri anda? saat ini para ilmuwan telah berhasil menciptakan pheromone alami yang dapat anda gunakan untuk menggaet pria atau wanita idaman anda.
Siapa bilang cinta itu adalah tabu untuk diungkap secara ilmiah setelah melihat fakta yang sudah saya sampaikan diatas? Pertanyaannya sekarang adalah : Apakah cinta itu bisa di rekayasa sekarang ini?
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.
Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.
Salam revolusi cinta